Sejarah
dan Perkembangan BCA
BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957
dengan nama Bank Central Asia NV. BCA telah melewati berbagai ujian untuk dapat
menjadi bank swasta nasional terbesar dan menjadi pilihan masyarakat untuk
melakukan transaksi financial. Pada pertengahan tahun 1997 terjadi peristiwa
yang mengguncang perkembangan BCA, krisis keuangan di Thailand pada pertengahan
tahun 1997, memicu krisis nilai tukar di Negara Asia lain seperti Korea
Selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika yang pada awal tahun 1997 relatif stabil Rp. 2.450,- per 1 US $ merosot
drastis akibat semakin tingginya aktivitas spekulasi. Puncaknya pada akhir
Januari 1998, rupiah mencapai Rp. 16.000,- per dollar. Akibat depresiasi rupiah
ini, kondisi ekonomi Indonesia melemah dan kepercayaan masyarakat semakin
menurun.
Penutupan 16 bank swasta nasional untuk pemerintah
menyebabkan keguncangan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Pada
awal November 1997 terjadi penarikan simpanan (rush) dari masyarakat yang
khawatir terhadap dananya di bank, keadaan yang tidak membaik terus menimbulkan
ketidakpuasan di masyarakat yang menuntut mundurnya Presiden Soeharto.
Peristiwa penembakan mahasiswa Trisakti pada pertengahan Mei 1998 telah memicu
terjadinya kerusuhan, sekitar 200 cabang BCA di seluruh Indonesia rusak
dibakar, dilempar batu, atau bahkan dijarah.
Setelah peristiwa tersebut, BCA mengalami “rush”, yaitu
penarikan dana besar-besaran oleh nasabah yang panik, BCA akan tutup karena
mengalami kerugian akibat peristiwa yang berkepanjangan ini membuat BCA tidak
sanggup lagi menahan derasnya arus penarikan dana, kemudian terpaksa meminta
bantuan pemerintah Indonesia, sebagai konsekuensinya BCA di ambil oleh Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) menjadi “Bank Take Over”.
Selama hampir 2 tahun BCA diambil alih oleh BPPN dan
selama masa itu BCA menjalani program rekapitulasi dan restrukturisasi, pada
tanggal 25 April 2000 BPPN menyerahkan kembali kepada Bank Indonesia yang
berarti bank BCA telah sehat kembali, setelah dinyatakan “sehat” BCA mengambil
langkah besar dengan menjadi perusahaan terbuka. Hingga saat ini BCA terus
melakukan upaya untuk memperkokoh kepercayaan masyarakat, sebagai bank
transaksi maupun lembaga Intermediasi Finansial.
Sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Indonesia,
BCA mengembangkan jaringan kantor cabang secara luas dengan mengembangkan
berbagai produk dan layanan maupun penerapan teknologi informasi, seperti
menerapkan online system untuk Jaringan Kantor Cabang BCA, menggunakan
teknologi canggih seperti IBS (Integrated Banking System) yang memungkinkan
seluruh cabang terhubung dalam jaringan secara online sehingga transaksi dapat
dilakukan di cabang BCA mana saja di seluruh Indonesia dan memiliki sumber daya
manusia yang professional dibidangnya, serta meluncurkan Tabungan Hari Depan
(Tahapan) BCA, dan mengembangkan alternatif jaringan layanan melalui ATM
BCA(Anjungan Tunai Mandiri atau Automated Teller Machine) yang
berkembang secara pesat.
Dalam perkembangannya, BCA merupakan bank swasta
nasional terbesar saat ini di Indonesia dan menjadi salah satu aset nasional
yang penting dalam menunjang perekonomian dan memiliki jaringan kantor yang
tersebar di hampir seluruh kota besar di Indonesia serta memiliki produk
yang inovatif dan kompetitif memberikan pelayanan yang SMART, profesional,
sesuai dengan standar layanan BCA kepada nasabahnya